Bercita rasa pedas, rendang menyimpan banyak arti bagi para penikmatnya. Tentunya bagi masyarakat Minangkabau, rendang tak sekedar makanan tetapi memiliki posisi terhormat dalam budaya. Dibalik rasanya yang sedap karena rempahnya, rendang memiliki filosofi musyawarah dan mufakat.
Makanan khas Sumatera Barat ini diduga sudah ada sejak abad ke-16. Masyarakat Minang di wilayah darat biasa melakukan perjalanan menuju Selat Malaka hingga ke Singapura. Perjalanan yang melewati sungai dan memakan waktu sekitar satu bulan ini membuat para perantau harus menyiapkan bekal yang dapat bertahan lama dan bekal tersebut adalah Rendang.
Rendang berasal dari kata ‘merandang’ yang artinya memasak santan hingga perlahan mengering. Ini adalah metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Minang.
Bahan-bahan pengolah rendang pun menjadi makna tersembunyi. Misalnya, dagiang (daging sapi) merupakan lambang dari “Niniak Mamak (para pemimpin Suku adat) dan karambia (kelapa) yang merupakan lambang “Cadiak Pandai” (kaum intelektual).
Kemudian lado (cabai) yang merupakan lambang “alim ulama” yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama. Pemasak (bumbu) yang merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Rendang telah menjadi hidangan wajib dalam tradisi Minangkabau dalam seremoni adat, dan menyambut tamu kehormatan. Kelahiran rendang juga tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India.
Berkat budaya merantau masyarakat Minangkabau kini rendang kian dikenal dan tersebar luas jauh hingga ke penjuru dunia. Bahkan banyak pula kalangan masyarakat yang bukan asli Minangkabau mempelajari untuk berwirausaha mengolah makanan yang mendapat julukan ‘terlezat’ ini.
Margaretha Chrisna Sari (Etha) adalah salah satu wanita yang berwirausaha dengan melihat peluang rendang sebagai bisnis yang menjanjikan. Etha berinovasi membuat rendang dalam kemasan yakni ‘Rendang Den Lapeh’ sebagai produk bisnisnya sejak pertengahan 2013.
Produk rendang buatannya dibuat dengan rempah-rempah pilihan dan tanpa pengawet buatan. Etha juga membuat beberapa varian rendang lainnya seperti rendang paru (kemasan berwarna kuning), rendang daging (kemasan berwarna merah), rendang ayam (kemasan berwarna ungu).
Untuk mendapatkan Rendang Den Lapeh, Anda bisa kunjungi online store www.deliciousindonesia.com